Alumni short course Australia Awards menghadiri post-course workshop di Semarang pada 15-17 Oktober. Diikuti oleh 26 peserta dari berbagai lembaga, kegiatan ini menyediakan ruang untuk refleksi, diskusi, dan memperkuat jaringan.
Konsul Jenderal Australia di Surabaya, Glen Askew, menyampaikan apresiasinya. "Kolaborasi adalah kunci untuk memperkuat hubungan antara masyarakat Indonesia dan Australia. Semoga program ini menjadi jembatan bagi inovasi dan kemajuan bersama," ujarnya.
Studi singkat yang diselenggarakan oleh Australia Awards di Indonesia bekerjasama dengan KONEKSI ini bertujuan membekali para pembuat kebijakan dan calon pemimpin Indonesia dengan keahlian riset dan inovasi untuk mendorong transformasi sosial demi kesejahteraan negara. Prof. Dian Tjondronegoro dari Griffith University, selaku course leader, turut menyambut hangat para alumni dan berharap kegiatan ini menjadi awal dari kolaborasi yang berkelanjutan.
Paparan dan Diskusi Seputar Pengembangan Ekonomi Berbasis Pengetahuan
Sesuai dengan tema studi singkat, "Towards a Knowledge-based Economy: Supporting Indonesia's Research and Innovation Agenda", sesi workshop menghadirkan paparan dan diskusi para alumni. Tim yang terdiri dari Aruminingsih, Apita, Tukhah, Erryida, dan Erlin mempresentasikan Award Project mereka yang berjudul "Towards successful translation of knowledge commercialization: Assessing success factor of Science Techno Park (STP) in Indonesia". Proyek ini, hasil kolaborasi Bappenas, Kemendikbudristek, dan BRIN, meneliti faktor-faktor kesuksesan pengembangan Science Techno Park di Indonesia. Studi ini telah dipresentasikan pada SDGs Annual Conference 2024 dan diajukan menjadi jurnal ilmiah.
Heri Suhartoyo dan Adhi Indra mempresentasikan "Capacity Building on Developing Pathway to Commercialize Government Funded Research Output". Proyek ini mengulik permasalahan pendanaan dan komersialisasi riset & inovasi, hak kekayaan intelektual, serta ekosistem riset dan inovasi, dengan output berupa program workshop inovasi bertema adopsi teknologi.
Sesi workshop hari kedua masih menghadirkan presentasi dan diskusi Award Project. Edi memaparkan proyeknya tentang pemanfaatan enzim di Garut. Ia telah mengembangkan produk, membangun branding, dan melakukan sosialisasi. Sementara itu, Tim "Research and Technology Talks Inclusive Transportation" yang berkolaborasi dengan Gojek dan BRIN menghadirkan diskusi untuk membahas mobilitas perkotaan yang inklusif dalam Connect! #3.
Dalam upaya memperkuat kemampuan inovasi di Indonesia, sebuah tim mempresentasikan "Inovasi Berdampak dengan Lembaga Anchor," yang mengeksplorasi empat studi kasus tentang lembaga anchor—entitas dengan sumber daya signifikan yang mendukung pengembangan jangka panjang komunitas mereka. Presentasi lainnya berfokus pada Inovasi Hibah Baru, yang bertujuan untuk meningkatkan skema Kedaireka Kemendikbudristek, termasuk skema baru untuk inklusi penyandang disabilitas, guna memperkuat inovasi di Indonesia.
Proyek lain datang dari Hafiz Noer Center for Digital Society UGM dan BRIN, yang meneliti ekosistem inovasi untuk pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Kemudian, Tim "Kapabilitas Inovasi untuk Meningkatkan Ekonomi" dari Bappenas dan Kemendikbudristek menyoroti faktor sukses dan tantangan pengembangan inovasi, dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat. Paparan proyek yang berfokus pada panduan etika dan keamanan implementasi generative AI di Indonesia, menutup sesi presentasi proyek.
Kunjungan ke Proyek Riset "Tide Eye"
Para alumni juga diajak mengunjungi proyek riset "Tide Eye" di Semarang. Proyek kolaborasi Universitas Telkom dan Universitas Wollongong yang didukung oleh KONEKSI ini berfokus pada pengembangan solusi untuk banjir rob di Pantai Utara Jawa. Dengan melihat langsung proyek "Tide Eye", para alumni diharapkan dapat mempelajari praktik kolaborasi yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat luas.